Banyak orang tua mengeluh sekarang ini dikarenakan anaknya. Mereka mengeluh dengan anak yang tidak terkendali, dan pada akhirnya menyalahkan si anak. Tapi pernahkan orang tua merenung dan mimikirkan "jangan-jangan saya yang bermasalah".
Jika anak bermasalah tidak sepenuhnya itu karena kesalahan mereka. Orang tua juga perlu intropeksi diri dan memikirkan dimana letak permasalahannya? Dan ternyata kebayakan kesalahan pertama adalah dimulai dari orang tua sendiri. Apa saja kesalahan yang tidak pernah orang tua sadari? disini saya akan bagikan ada beberapa hal, yang kemungkinan ada pada kita orang tua.
pertama : tidak sepakat
Wah... ini jangan sampai terjadi ya bapak ibu, jangan cuma sepakat di ranjang, tapi tidak sepakat dalam mendidik anak. Dalam kasus ini sering anak, dimanjakan ibu, dan si bapak menghukum dengan keras, sehingga ketika anak bermasalah si ibu membela. Jika si bapak mendisiplin anak, seharusnya si ibu tak perlu membela, dan biarkan anak menyelesaikan permasalahannya dengan si bapak. Dan masih banyak hal lagi yang perlu di sepakati kedua orang tua. Mis dalam memberikan hadiah juga harus sepakat, jangan sampai membedakan anak pertama dengan anak ke dua, atau membedakan anak laki-laki dan perempuan. Harus sepakat ya...!
kedua : tidak tepat janji
banyak orang berpendapat bahwa janji itu adalah utang, dan saya juga setuju dalam hal ini. Pernahkah anda berjanji tetapi tidak ditepati, ini bisa menjadi pemicu masalah bagi anak. jadi hati-hatilah dalam berjanji kepada anak. Karena setiap janjimu akan diingatnya, dan ada banyak anak tidak mau menuntut tetapi disimpan dalam hati. Dan suatu saat ini bisa meledak jika sudah terlalu banyak janji yang disimpan dan tidak ditepati orang tua. Jangan berjanji jika tidak tepat janji.
Ketiga : Metode disiplin kekerasan
hmmmm, masih banyak orang tua yang menggunakan metode kekerasan dalam mendidik anak. Mereka tidak setuju dengan UU perlindungn anak yang tidak memperbolehkan metode kekerasan. Misalnya membentak (teriak) atau bahkan memukul atau menampar. Ketika mendisiplin orang tua selalu bercerita bahwa dulu orang tua (Kakek-nenek) mendisiplin mereka dengan keras. Padahal, sebenarnya mereka sedang menceritakan dan mengingat kekerasan yang mereka alami dari orang tua mereka. Apakah nanti juga anak-anaknya harus mencertikan hal yang sama lagi ke anak-anaknya? Berarti kekerasan akan terus berlanjut, dan akan selalu dikenang. Jika selalu di kenang, berarti orang tua tersebut adalah korban kekerasan dan menjadi pelaku kekerasan.
Keempat : Teladan
Saya rasa ini yang paling utama. Karena pada dasarnya apa yang dilakukan orang tua, sejak dini anak sudah merekamnya di dalam otaknya. Dan suatu saat pasti akan di ikuti. Misalnya : kalau orang tua rajin ibadah, pasti anaknya juga begitu. Kalau orang tua perokok, mustahil kita melarang anak merekok. Kalau orang tua suka marah-marah dan teriak dan melakukan kekerasan, dua kemungkinan bisa terjadi. Pertama anak bisa jadi pembangkang dan suka melakukan kekerasan kepada orang lain, dan kemungkinan kedua adalah anak jadi pendiam atau mengalami gangguan mental. Jadi kalau anak anda ingin menjadi anak yang baik, mulailah dari orangtua, mulailah dari rumah.
Keempat : Teladan
Saya rasa ini yang paling utama. Karena pada dasarnya apa yang dilakukan orang tua, sejak dini anak sudah merekamnya di dalam otaknya. Dan suatu saat pasti akan di ikuti. Misalnya : kalau orang tua rajin ibadah, pasti anaknya juga begitu. Kalau orang tua perokok, mustahil kita melarang anak merekok. Kalau orang tua suka marah-marah dan teriak dan melakukan kekerasan, dua kemungkinan bisa terjadi. Pertama anak bisa jadi pembangkang dan suka melakukan kekerasan kepada orang lain, dan kemungkinan kedua adalah anak jadi pendiam atau mengalami gangguan mental. Jadi kalau anak anda ingin menjadi anak yang baik, mulailah dari orangtua, mulailah dari rumah.
Jadi, sebelum anda menyalahkan anak, pikirkan dulu siapa sebenarnya yang bermasalah, Anda atau anak anda? Perbaiki diri terlebih dahulu, baru perbaiki orang lain.
Hubungi kami
Facebook: Perlindungan Anak 432-Bekasi
Wa : 082298290806
0 comments:
Posting Komentar