SELAMAT DATANG DI PERLINDUNGAN ANAK 432 - BEKASI

Bolehkah Mendisiplin murid | Siswa menganiaya Guru

Perlindungan Anak 432 Bekasi. Belum lama ini, beredar berita guru yang dianiaya murid hingga berujung kematian. Peristiwa tersebut dialami seorang guru honorer di SMA negeri 1, Kabupaten Sangkang. Tidak lama berselang kembali lagi terdengar berita mengenai seorang guru Kepala sekolah SMP Negeri 4 Lolak, Asri Tampi (57) Warga desa labuan Uki, Kecamatan lolak, Kabupaten Bolmong. Namun kali ini bukan di aniaya siswa, melainkan orang tua murid yang tidak terima anaknya di tegur sebut saja Bape. Kejadian ini bermula ketika Kepala sekolah mengundang Bape untuk datang ke kantor agar membuat surat pernyataan atas kenakalan yang di lakukan anakya. Namun, kejadiaan Naas malah dialami sang guru, Bape malah menendang meja kaca dan mengangkatnya serta mengarahkan ke kepala Astri. Hal ini mengakibatkan sang guru mengalami luka-luka di tangan dan kepala. Siapakah yang salah? Guru? Murid? Atau orang tua? Mari kita bahas satu persatu.

Bolehkah guru menghukum atau mendisiplin anak? Kalau pertanyaannya seperti ini, maka jawabannya ialah boleh. Tetapi kalau pertanyaannya Bolehkan guru menghukum anak hingga mengakibatkan luka atau kekerasan fisik terhadap anak? Jawabannya ialah tidak. Lalu seperti apa layaknya hukuman bagi anak? Pastinya ada banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk mendisiplin anak tanpa harus melukai anak, baik itu luka emosional (sakit hati) ataupun luka secara fisik. Jika seorang guru menghukum anak tanpa tau latar belakang anak, guru tidak tau permasalahan anak, guru tidak terlalu dekat dengan anak, hal inilah yang dapat mengakibatkan masalah. Sebaiknya sebelum guru memberikan anak disiplin, kenali dulu dengan baik latar belakang si anak. Dengan demikian kita akan lebih mudah menentukan jenis hukuman yang pantas untuk si anak. Kalau guru dekat dengan anak, saya rasa, ketika kita mendisiplin anak, anak tersebut akan terima tanpa ada rasa dendam.

Bolehkan anak menganiaya guru? Jawabannya pastinya tidak. Lalu mengapa anak bisa melakukan tindakan tidak terpuji terhadap guru? Seorang anak tidak akan mungkin mau melakukannya tanpa ada sebab dan akibat. Maka, kembali lagi seperti pada point di atas, kita harus kenali terlebih dahulu anak, keluarganya dan latar belakang lainnya. Sehhingga guru juga tidak terlalu gampang untuk menyalahkan si anak.

Bagaimana dengan orangtua? Yang namanya orang tua, tentu sangat menyanyangi anaknya. Tentu saja, orang tua tidak terima kalau anaknya di hukum oleh orang lain, termasuk itu guru. Tetapi sudahkah orang tua tahu bahwa pendidikan pertama itu di dapatkan dari keluarga. Artinya titk Keberhasilan seorang anak langkah awalnya adalah dari orang tua (keluarga). Jika anak bermasalah bisa kemungkinan awalnya adalah dari rumah. Maka pertanyaannya untuk para orang tua, sudahkan anak anda mendapatkan pendidikan baik dari rumah? Atau malah orang tua menjadi contoh yang tidak baik bagi anak. Jika orang tua baik, tentu anaknya juga akan menjadi anak baik. Contoh: seringkali orang tua menasehati anaknya supaya tidak merokok, tetapi orangtuanya sendiri merokok. Ini adalah contoh pendidikan yang salah. Dan masih banyak lagi contohnya. Baiknya orang tua dan guru kerja sama dalam mendidik anak. Jika orang tua sudah mempercayakan kepada guru, percayalah pasti guru ingin yang terbaik buat muridnya.

Dalam hal ini, perlindungan anak 432 tidak serta merta membela semua anak. Jika anak itu salah, tidak langsung kita bela atau benarkan begitu saja. Tetapi, jika anak ini benar dan mengalami kekerasan, jangankan kami, Tuhanpun pasti membela anak tersebut. Jadi, dalam kasus ini, Peran 432 menyarankan agar kita tidak gampang untuk emosi, mengambil kesimpulan tanpa tahu jelas letak permasalahnya, kekerasan tidak harus diselesaikann dengan kekerasan. Tetapi, kekerasan akan lebih mudah diselesaikan dengan damai.

“Anakmu adalah kualitas siapa dirimu”

0 comments: